Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) bekerjasama dengan Laboratorium Indonesia 2045 (Lab 45 ) menggelar Seminar Nasional yang bertajuk “Meneliti Jalan Menuju Transformasi Ekonomi Hijau di Indonesia”. Selasa (24/10/2023)
Kegiatan yang dilaksanakan di Auditorium tersebut dihadiri oleh Rionaldo Dhamma Putra (Analisis Ekonomi Politik Lab 45), Nariswari Nurjaman (Analisis Bank Dunia) dan Dr. Sukma Lesmana, S.E., M. Si (Ketua CDAC). turut hadir juga jajaran Pimpinan Fakultas dan Prodi di Lingkungan UMSU serta ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.
Wakil Rektor III UMSU Assoc. Prof. Dr. Rudianto,M. Si dalam sambutannya menyampaikan bahwasanya topik yang diangkat pada seminar nasional ini sangat relevan dan penting untuk dibahas.
“Topik seminar ini sangat relevan dan penting bagi kita semua, karena kita sebagai generasi yang akan hidup 10 sampai 50 tahun kedepan. Kitalah generasi yang akan mewarisi bumi. Kitalah yang akan hidup dan menentukan masa depan bumi ini,” ucap Bapak Rudianto.
Lebih lanjut, Bapak Rudianto mengatakan paradigma yang tertanam di setiap generasi muda dan mahasiswa di seluruh Indonesia, termasuk di UMSU harus mengedepankan program pembangunan yang berkelanjutan, dimana pembangunan ekonomi harus memperhatikan bagaimana masyarakat bisa bertumbuh tidak hanya secara fisik, tapi juga secara spritualitas serta kemampuan dalam mengolah pikiran.
“Dan tentu saja kita juga harus memikirkan bagaimana menjaga lingkungan. Karena kita rasakan saat ini bagaimana dunia, termasuk Indonesia sedang mengalami satu persoalan besar terkait krisis iklim, dimana pemanasan global sangat kita rasakan,” Ungkapnya.
Kemudian, Bapak Rudianto menuturkan bahwasanya produksi massal yang bertumpu pada teknologi sudah terlihat dampakanya. dimana terjadinya kerusakan lingkungan yang cukup parah. Karena itu , Bapak Rudianto kemudian mengajak untuk berusaha bagaimana Masyarakat bisa hidup tanpa harus lebih banyak lagi memtong pohon-pohon di tengah hutan dan tanpa harus menambah emesi karbon yang sangat mengganggu kulitas kehidupan.
“Karena itu topik pembahasan tentang green economy sangat tepat jika dibicarakan oleh anak-anak muda, karena merekalah yang nanti akan berpikir jauh ke depan tentang masa depan kehidupan di muka bumi ini,” ucap Bapak Rudianto.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Analis Ekonomi Politik Lab 45, Rionanda Dhamma Putra memaparkan hasil riset Laboratorium LAB 45 tentang transformasi ekonomi hijau di Indonesia.
Ia mengungkapkan, ada sejumlah tantangan utama transformasi ekonomi hijau di Indonesia, yaitu regulasi yang belum memberikan kepastian hukum, kelembagaan yang masih tumpang tindih, dan alokasi pendanaan hijau yang belum menjadi prioritas dalam APBN ditambah dengan sistem evaluasi finansial yang belum transparan.
Rionanda menyatakan bahwa kajian yang dilakukan Lab 45 berfokus kepada alasan di balik tantangan tersebut dan cara yang dapat ditempuh untuk diatasinya, termasuk bentuk konkret dari proyek yang dapat dilakukan untuk mempercepat jalan Indonesia menuju ekonomi hijau.
“Indonesia perlu bergerak dari posisi pendanaan tidak optimal dan regulasi-kelembagaan yang tidak efektif pada tahun 2022 menuju posisi pendanaan optimal dan regulasi-kelembagaan efektif pada tahun 2045. Kita hanya punya waktu hingga tahun 2030 untuk melakukan gerakan itu,” tegasnya.
Di sisi rekomendasi kebijakan, riset LAB 45 memberikan masukan berupa pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Ekonomi Hijau, penataan kembali sektor-sektor prioritas, pengalihan subsidi BBM menuju mobilitas umum, dan penentuan megaproyek Hijau secara spesifik dengan memberikan Pumped Hydro Energy Storage (PHES) sebagai contoh.
Berlanjut, Ketua Career Development and Alumni Centre (CDAC) UMSU Dr. Sukma Lesmana, S.E.,M.Si tampil sebagai pemateri pertama mebahas “Green Economy: Tantangan dan Harapan”. Dalam paparannya, Ia mengatakan, bahwa berbicara tentang green economy itu sangat terkait dengan karir mahasiswa di masa depan. Ia juga menjelaskan, bagaimana potret pembangunan ekonomi yang terlalu mengedepankan aspek pertumbuhan ekonomi (brown economy) telah menciptakan dampak yang destruktif terhadap lingkungan hidup dan mengancam masa depan.
Tampil sebagai narsum kedua, Nariswari Nurjaman membawakan topik “Mendukung Transisi Ekonomi Hijau di Indonesia”. Dalam paparannya Nariswari menjelaskan bagaimana diskursus ekonomi hijau di tingkat global dan bagaimana semestinya kaum muda dan mahasiswa Indonesia menyikapinya.
“Karena kita tidak bisa memperbaiki sesuatu yang tidak kita ukur. Jika kita ingin memperbaiki sistem ekonomi dari ekonomi coklat ke ekonomi hijau, maka kita harus belajar untuk mengukur lebih baik”. tegasnya.